Jika anda bermimpi memilih profesi bidan sebagai sarana cepat untuk “BALIK MODAL” anda salah besar ada di kebidanan Seharusnya anda kuliah di PERBANKAN sehingga fasih akan urusan alur keuangan. Merinci setiap materi yang dikeluarkan saat anda di pendidikan akan terbayar ketika anda menjadi bidan Bidan bukan seperti itu saudaraku . . . . . Ketika seorang ibu meratapi putrinya yang kontraksi di gubuk tuanya, sang ibu kebingungan harus dengan apa membayar biaya persalinan Sang bidan menepuk bahu sang ibu seraya berbisik “ saya akan membantu proses kelahiran putri ibu, ibu bantu dengan do’a saja “
Jika anda berpikir ada di kebidanan karena merupakan sebuah “POPULARITAS” diantara deretan pilihan fakultas lain yang ada Anda salah besar ada di kebidanan Seharusnya anda menjadi ARTIS, mengikuti berbagai casting sehingga anda akan muncul di berbagai media cetak dan elektronik Bidan bukan seperti itu saudaraku . . . .. . Ketika angka kematian bayi tinggi akibat Tetanus neonaturum, bidan berjuang menggalakkan program imunisasi dengan tantangan masyarakat awam yang menganggap pasca imunisasi membuat bayi rewel dan demam
Jika anda menganggap menjadi bidan sebagai ajang menaikkan “NILAI JUAL” untuk menjadi lirikan calon mertua atau harapan bagi pemuda dokter, polisi, angkatan atau sederet profesi tinggi lainnya Anda salah besar saudaraku . . . . . Tidak ada artinya nilai jual itu ketika kita menghadapi seorang wanita yang mengalami Atonia uteri, kita bersimbah dengan darah, meneteskan bulir-bulir keringat serasa seluruh raga ikut berdo’a hanya untuk memperjuangkan wanita itu masih memiliki nyawa Ketika sang bayi yang lahir dari wanita yang bukan apa-apa kita menatap dunia dengan wajah birunya seakan mulutnya pun enggan menyapa atau sekedar menangis layaknya bayi lainnya. Kita akan berusaha mencoba sebisa kita membantu sang bayi mendapatkan dunia barunya
Dan . . . . . Jika anda menginginkan profesi bidan agar para tetangga memanggil anda dengan sebutan “ Bu Bidan “ dengan terbungkuk-bungkuk melewati anda yang necis berpakaian putih-putih turun dari Avansa, Inova atau sederet mobil bermerk lainnya, anda salah besar saudaraku . . . . Bidan bukan seperti itu saudaraku . . . . Di malam saat terlelap di peraduan setelah seharian berkutat dengan PWS, Kohort dan seribu laporan lainnya. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah kita. Seorang ibu yang merintih memegangi perutnya ditemani sang suami yang setia bergumam lirih “ bu bidan tolong saya, rasa-rasanya saya ingin melahirkan” Tangannya yang mungil menunjukkan buku KIA dan sebuah kartu JAMPERSAL
Ketika sales susu formula datang dengan sekeranjang produk terbarunya serta sejuta janji mobil Xenia, ibadah umroh dan tawaran manis lainnya Seorang bidan akan berkata “ maafkan saya mbak, saya tidak bisa mendustai hati seorang wanita yang secara kodratnya harus menyusui dan selalu memberikan yang terbaik terhadap bayi mereka”
Ketika seorang wanita separuh baya membawa lima orang anaknya yang kecil-kecil menangis di hadapan kita meminta kita menggugurkan kandungannya karena dirinya lupa untuk minum pil KB berapa hari lamanya Bidan akan berkata “Maafkan saya ibu, saya bukan malaikat pencabut nyawa atas janin yang telah Tuhan titipkan dalam rahim ibu yang ibu sendiri tidak tahu kebaktian dan kebahagiaan apa yang bisa diberikan oleh calon manusia ini nantinya”
Bidan itu mulia saudaraku . . . . . Biarlah mereka berpikir apa tentang profesi kita karena mereka awam untuk mengerti hakekat profesi kita Dikala kewenangan semakin dibatasi, kesalahan selalu dicari, kita seharusnya tak berkecil hati Suatu PERMATA mulia tetap terlihat cahayanya saudaraku . . . Walaupun ia terpendam jauh di kubangan lumpur Kita tidak perlu CENDERAMATA . . . . Kita tidak perlu sanjungan . . . . Yang kita lakukan hanya keikhlasan Di saat nafas telah diberhentikan olehNya dan suatu profesi itu pun telah tiada Semoga Tuhan mengutus malaikatNya Menulis nama BIDAN di dalam surgaNya Yang jauh lebih sempurna dibandingkan penghargaan yang pernah ada.
Memilih jalan menjadi bidan adalah memilih jalan kepedulian,
saat kita terpaku dalam sujud-sujud panjang, mendoakan kesembuhan dan kebahagiaan pasien-pasien kita.
Memilih menjadi bidan adalah memilih jalan kasih sayang,
ketika dengan sepenuh cinta kita mengusap lembut rambut seorang anak dengan leukemia dan berbisik lembut ditelinganya,”dik, mau diceritain dongeng nggak sama bu bidan?”
Memilih jalan menjadi bidan adalah memilih jalan ketegasan,
ketika sebuah perusahaan susu menjanjikan komisi besar untuk target penjualan susu formula-nya, lalu dengan tetap tersenyum kita mantap berkata, “maaf, saya tidak mungkin mengkhianati pasien dan hati nurani saya”.
Memilih menjadi bidan adalah memilih jalan pengorbanan,
saat tengah malam tetangga dari kampung sebelah dengan panik mengetuk pintu rumah kita karena istrinya akan melahirkan. Lalu dengan ikhlas kita beranjak meninggalkan hangatnya peraduan menembus pekat dan dinginnya malam.
Memilih menjadi bidan adalah memilih jalan terjal untuk meraih cita-cita.
bukan kekayaan atau penghormatan manusia yang kita cari. Tapi ridha Allah lah yang senantiasa kita perjuangkan. memilih menjadi bidan adalah memilih jalan menuju surga.
"*RAA
Komentar
Posting Komentar