Ada
beberapa term yang bisa kita jumpai di dalam kitab suci Alquran, jika bidan itu
dihubungkan dengan dirinya sebagai seorang ibu atau kaum perempuan. Terdapat
kata al-Nisa, misalnya, pada ayat 7 surah al-Nisa/4: “Bagi laki-laki ada hak
bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi perempuan ada
hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit
atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan”
Dengan
ayat ini, maka kata al-Nisa menunjukkan jender perempuan, di mana porsi
pembagian hak tidaklah semata-mata ditentukan oleh realitas biologis sebagai
perempuan atau laki-laki melainkan berhubungan erat dengan faktor realitas
jender yang ditentukan oleh budaya di mana orang itu berdiam. Tetapi, kata al-Nisa
dalam surah al-Bagarah/2: 222 menunjukkan bahwa yang dimaksudkan adalah
istri-istri. Selain itu kita menjumpai kata al-Mar-ah. Antara kata al-Nisa
dan al-Mar-ah lebih cenderung kepada maksud tugas reproduksi kaum
perempuan, sedangkan satu lagi kata yaitu Untsa yang mana kata ini lebih
menekankan pada aspek biologis atau seks (kelamin)
Berkenaan
dengan perannya sebagai seorang ibu, seorang bidan semakin terhormat di hadapan
Allah karena ada dua alasan: Pertama, menjalankan tugasnya sebagai pihak
yang antara lain membantu seorang perempuan yang akan melahirkan seorang
manusia di dunia ini. Kedua, menjadi ibu dari anak-anaknya yang lahir
dari rahim (kasih sayang)-nya. Dengan itu, maka pantas jika Nabi
Muhammad memberi jawaban yang meyakinkan sang penanya ketika dia berkata: “Kepada
siapa aku berbuat baik ya Rasulullah?”, Rasulullah menjawab: Ibumu! Kata ini
diulangi oleh beliau tiga kali, baru setelah itu beliau menambahkan: Bapakmu!
Komentar
Posting Komentar